Perubahan Budaya Metropolis Jakarta #31harimenulis [DAY 12]
Jakarta merupakan ibukota
Republik Indonesia. Sebagai ibukota, Jakarta memiliki kehidupan metropolis yang
berbeda dengan kota lainnya di Indonesia. Kehidupan metropolis ini berkembang
sejak lama. Masyarakat Jakarta yang awalnya bersifat tradisional, secara
perlahan berubah menjadi masyarakat urban
yang melek akan lifestyle dan
kehidupan modern.
Jakarta sebelum Kemerdekaan
Sejak abad ke 5 Jakarta sudah
dikenal sebagai tempat pemberhentian dalam perdagangan. Banyak pedagang dari
Asia melakukan pertukaran dagang di Sunda Kelapa. Karena menjadi pusat
perdagangan, Jakarta pun menjadi tempat persinggahan yang ramai.
Pada abad ke 4 wilayah Jakarta
masuk ke dalam salah satu kerajaan besar Sunda, yaitu kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu yang cukup kuat. From the 4th
century onwards, the Tarumanagara people controlled the perfectly situated port
area where Jakarta now stands (World Guides, 2016).
Kerajaan Tarumanegara pun jatuh
pada abad ke 7 sehingga Jakarta menjadi wilayah dari kerajaan Sunda yang lebih
besar, Kerajaan Pajajaran. Semenjak itu Sunda Kelapa (Jakarta) menjadi
pelabuhan yang semakin ramai oleh para pedagang baik Asia maupun Eropa. Pada
tanggal 21 Agustus 1522 ditandatangani perjanjian persahabatan antara Portugis
dan Kerajaan Pajajaran (Hindu). Raja Pakuan Pajajaran melakukan perjanjian
tersebut guna memperoleh bantuan dari Portugis dalam menghadapi ancaman
Kerajaan Demak (Islam) (Hendita, 2015).
Kerajaan Demak sangat berminat
untuk menguasai kota pelabuhan tersebut. Sehingga Demak, di bawah pimpinan
Fatahillah merebut kota tersebut dan mengganti namanya menjadi Jayakarta pada
22 Juni 1527. Tanggal tersebut kemudian menjadi hari jadi kota Jakarta. Kota
Jayakarta berkembang sebagai kota pelabuhan yang sibuk, di mana para pedagang dari Cina, India,
Arab dan Eropa serta dari Negara-negara lainnya saling bertukar
barang-barang/komoditi (Jakarta Tourism, t.thn.).
Abad ke 17, VOC datang untuk
menguasai perdagangan di Jayakarta. Kedatangan VOC tersebut mengubah sekaligus membangun kota yang
baru di bagian barat Ciliwung. Oleh VOC Jayakarta diubah namanya menjadi
Batavia. Batavia direncanakan dan dibangun nyaris mirip dengan kota-kota di Belanda,
yaitu dibangun dalam bentuk blok, masing-masing dipisahkan oleh kanal dan
dilindungi oleh dinding sebagai benteng, dan parit (Jakarta
Tourism, t.thn.).
Oleh pembangunan Belanda ini, Batavia menjadi kota yang modern dan tertata
rapi. Pembangunan terus berlanjut sampai kemerdekaan Indonesia. Namun pada saat
dikuasai Jepang, nama Batavia diganti menjadi Jakarta.
Masyarakat Betawi
Seperti yang disebutkan
sebelumnya, suku Betawi mendapatkan namanya dari kata Batavia. Batavia sendiri
berasal dari nama suku nenek moyang orang Belanda. Etnis Betawi ini tergolong
etnis yang baru terbentuk. Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki
Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu,
antara tahun 1815-1893 (Asseyka, 2016). Karena memang suku Betawi sebenarnya
merupakan campuran orang-orang dari Nusantara terutama Sunda, China, Sumatera
dan juga bangsa asing seperti Portugis dan Arab.
Karena pernah dikuasai oleh
Sriwijaya, maka bahasa yang digunakan oleh masyarakat Betawi pun merupakan
bahasa Melayu. Maka tak heran jika masyarakat Betawi telah lebih dahulu
menggunakan bahasa Melayu sebelum Sumpah Pemuda, di mana bahasa Melayu menjadi sumber dari Bahasa Indonesia. arena
perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda
menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda
dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari
Batavia) (Asseyka, 2016).
Masyarakat Betawi terkenal
dengan kebiasaannya yang menetap. Berbeda dengan suku lain seperti suku Padang
misalnya, yang menjadikan perantauan bagian dari kebudayaan. Suku tersebut
merantau untuk belajar ataupun mencari penghasilan yang lebih baik. Tetapi
mobilitas masyarakat Betawi sangatlah rendah. Masyarakat Betawi akan berpindah
tempat tinggal ke lokasi lain hanya apabila terjadi hal-hal di luar kemauan mereka seperti perluasan
dan pengembangan wilayah DKI Jakarta yang mengharuskan mereka berpindah tempat (Jakartapedia,
n.d.).
Keluarga merupakan bagian
penting dari masyarakat Betawi. Lekatnya ajaran Islam pada masyarakat Betawi
membawa budaya untuk menghormati orang tua dan melakukan pendidikan moral yang
baik dalam keluarga. Pada dasarnya sistem kekerabatan dan silsilah dalam
keluarga Betawi adalah sistem parental,
di mana garis keturunan orang tua
tidak terlalu dipermasalahkan (Jakartapedia, n.d.). Setelah menikah
biasanya anak lelaki akan tinggal bersama istri dan mertuanya, hal ini juga
yang membuat kecenderungan anak lelaki lebih dekat dengan keluarga istrinya.
Selain itu, ciri khas masyarakat
Betawi adalah kentalnya nilai Islam. Nilai seperti menghentikan kegiatan ketika
waktu salat, menguburkan jenazah secepatnya, menjamu tamu, dan mendahului
memberi salam (Jakartapedia, n.d.) merupakan nilai budaya Betawi.
Masyarakat Betawi juga dikenal dengan kehidupan yang sederhana, gaya bicara
yang blak-blakan, terbuka dengan segala suku dan etnis dan memiliki hidup yang religius
(Jakartapedia, n.d.)
Ibukota Jakarta
Jakarta tetap terus menjadi
pusat kegiatan perdagangan dan juga pemerintahan pada masa kekuasaan Belanda dan
Jepang. Hingga akhirnya pada 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaannya di
Jakarta. Karena segala pusat pemerintahan sebelumnya (masa pendudukan Belanda
dan jepang) berpusat di Jakarta, akhirnya Presiden Soekarno memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jakarta (Merah Putih, 2016).
Sebagai ibukota, Jakarta
memiliki gelar yang terus berganti, mulai dari Stad Gemeente Batavia, Kota
Praja Jakarta, hingga DKI Jakarta. Melalui UU No.24 tahun 1999 tentang
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta (Setiawati, 2015). Sebagai kota dengan
tingkat otonomi setara provinsi, Jakarta dibagi ke dalam 5 kota madya administratif
dan satu kabupaten administratif.
Selama menjadi ibukota, Jakarta
selalu memiliki daya tarik bagi orang luar. Jakarta selalu dianggap tempat yang
baik untuk mencari peruntungan karier. Jakarta juga semakin dikenal dengan
kehidupan perkotaannya yang begitu modern. Tak salah bila penduduk Jakarta
semakin hari semakin bertambah.
Gedung-gedung Jakarta
Sebagai ibukota, Jakarta
dituntut untuk menjadi lebih maju dan modern. Terang saja, ibukota adalah salah
satu pintu masuk negara dan juga cerminan tentang suatu negara. Untuk itu sejak
kemerdekaan Jakarta selalu berkembang menjadi kota yang lebih metropolis.
Gedung-gedung dari yang awalnya hanya sedikit, kian hari bertambah banyak dan
gedung baru pun semakin tinggi.
Gedung pertama yang dibangun di
Jakarta adalah Sarinah. Sarinah ini juga menjadi pusat perbelanjaan modern
pertama di Jakarta, bahkan di Indonesia. Pencakar langit pertama di Jakarta,
Sarinah, dibangun tahun 1963 (Wikipedia, 2016).
Pada masa Presiden Soekarno
dibangun juga jalan protokol Thamrin-Sudirman di mana gedung-gedung tinggi berpijak. Presiden Soekarno, yang
berlatar belakang sebagai seorang Insinyur sipil adalah orang yang membangun
Monumen Nasional dan Mesjid Istiqlal (Jakarta Tourism, t.thn.). Selain itu dibangun
juga penunjang fasilitas seperti Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, serta Bundaran
HI yang menjadi ikon kota Jakarta.
Daerah tersebut juga kini dipenuhi oleh mal seperti Thamrin City, Grand
Indonesia, dan pusat grosir Tanah Abang.
Lain lagi dengan di Semanggi dan
Senayan. Di wilayah tersebut dibangun fasilitas olahraga seperti lapangan golf,
lapangan tenis, dan lapangan tembak. Saat ini di area Senayan dapat ditemukan
hotel bintang lima, Jakarta Convention Center, pusat perbelanjaan sampai kantor
stasiun televisi. Sementara itu, sports center nya yang berkapasitas besar ini sering
kali dipergunakan untuk perhelatan akbar tempat para selebriti mancanegara
beraksi (Jakarta Tourism, t.thn.).
Pembangunan gedung-gedung
tersebut terus memenuhi wajah Jakarta. Setidaknya, hingga tahun 2015, Jakarta
telah memiliki 13 gedung supertall
dengan tinggi di atas 200m. Dikutip dari National
Geographic (2016) dalam top ten Wisma
BNI 46 menjadi gedung tertinggi di Jakarta dengan tinggi 261,9m, disusul oleh
Sahid Sudirman, Raffles Hotel, The Pakubuwono Signature, Sinarmas MSIG Tower,
Menara BCA, Keraton at The Plaza, Equity Tower, The Peak, The Energy, Kempinski
Residence, Bakrie, dan The Pinnacle. Dengan pembangunan secepat itu, menurut (Pitoko,
2016)
Jakarta menjadi kota dengan pembangunan gedung pencakar langit terbanyak di
dunia pada tahun 2015, dengan jumlah 7 gedung supertall.
Sarinah, Pusat Perbelanjaan Pertama
Sebagai kota yang metropolis,
Jakarta memiliki banyak sekali pusat perbelanjaan. Salah satunya adalah
Sarinah, yang menjadi pusat perbelanjaan pertama di Jakarta. Sarinah dibuka
pada tahun 1963. Sarinah dibangun di jalan Thamrin dengan 3 alasan. Yang
pertama adalah Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman adalah jalan
utama menuju kota satelit di Kebayoran Baru. Kedua, hampir semua instansi
pemerintah pada tahun tersebut ada di daerah itu. Ketiga, kawasan Jalan M.H.
Thamrin sampai Kebayoran Baru memang direncanakan menjadi daerah elite (Chahyati,
2016).
Sarinah merupakan pusat
perbelanjaan yang digalakkan oleh Soekarno. Pada masanya ia hanya membolehkan
barang impor sebanyak 40% dan sisanya harus barang sendiri (Chahyati, 2016). Pembangunan ini bertujuan untuk
membantu pembangunan perekonomian rakyat. Sarinah menjual kebutuhan pokok bagi
masyarakat menengah ke bawah. Namun sejak orde baru, dengan peraturan yang baru
investor asing mengalir dengan deras sehingga Sarinah juga menjadi konsumsi
orang asing.
Bahkan restoran McDonalds
pertama di Indonesia dibuka di Sarinah pada tahun 1991 (Solo Raya, 2014). Setelah Sarinah, pusat perbelanjaan semakin
banyak menghiasi Jakarta. Semenjak saat itu perlahan-lahan budaya metropolis
mulai mengganti wajah Jakarta. Jakarta yang sebelumnya kental dengan budaya
Betawi, semakin hari semakin menjadi kota modern yang serba urban dan berkelas internasional.
Kehidupan Metropolis Jakarta
Kemajuan kota Jakarta yang
sangat modern memberikan ketertarikan sendiri bagi masyarakat luar Jakarta. Arus urbanisasi pun
tidak bisa dibendung lagi. Banyak dari mereka yang melihat bahwa kehidupan di
Jakarta menyenangkan dan penuh akan peluang sukses. Akibatnya makin banyak
penduduk dari daerah yang mencoba peruntungan di Jakarta.
Kehidupan di Jakarta kini telah
berbeda jauh dengan kehidupan masyarakat Betawi dulu. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari model transportasi, tempat hiburan, struktur kota, pekerjaan, dan
gaya hidup kaum urban. Dari sekian perbedaan tersebut yang paling mencolok
adalah gaya hidup. Masyarakat yang dulunya hidup sederhana, kini harus
mati-matian menjadi hedonis untuk menjaga gengsi.
Masyarakat Betawi pada masa
sebelum kemerdekaan sering menggunakan Delman sebagai mode transportasinya.
Ketika delman masih digunakan sebagai angkutan umum, Belanda membuat angkutan
trem yang bisa dibilang bus bermesin uap yang menggunakan rel sebagai jalurnya (Setyowibowo, 2014). Setelah kemerdekaan
angkutan umum seperti mikrolet mulai menjamuri ibukota. Selain itu Bajaj dan
Delman juga sempat popular. Moda transportasi tersebut terbilang murah dan
kadang dianggap kurang modern, karena itu, masyarakat menengah ke atas agak
gengsi untuk menggunakannya. Mereka lebih memilih kendaraan pribadi yang lebih
mewah dan nyaman.
Untuk memenuhi kebutuhan
angkutan umum yang nyaman, pemerintah membangun sistem commuter line dan transjakarta. KRL Jabotabek … adalah jalur kereta
listrik yang dioperasikan oleh … PT KAI Commuter Jabodetabek (Radar Planologi, 2015). Meski begitu
masyarakat kadang tetap memilih menggunakan taksi atau mobil pribadi yang lebih
nyaman. Hal ini justru memicu kemacetan yang lebih parah di Jakarta.
Lain lagi dengan tempat hiburan.
Seperti disinggung sebelumnya, mal merupakan tempat hiburan yang tumbuh pesat
di Jakarta. Rasanya seperti gengsi kalo tidak seminggu sekali ke mal. Untuk ke mal
pun harus memakai pakaian yang rapi dan wow.
Padahal tidak ada urgensi apa pun untuk pergi ke mal.
Masyarakat kini lebih memilih
pasar swalayan di mal daripada berbelanja di pasar tradisional. Selain lebih
nyaman, belanja di mal lebih gengsi dan akan dianggap berkelas.
Dalam menjaga kesehatan pun
masyarakat sudah berubah cara. Dahulu mungkin senam pagi bersama di hari Minggu
masih sering ditemui. Kini masyarakat lebih memilih tempat fitness dan gym yang
ada di mal. Walaupun kegiatan seperti Car
Free Day masih diminati, namun kebanyakan orang yang datang lebih bertujuan
agar eksis, ketimbang benar-benar berolahraga.
Mendatangi pusat kebugaran, gym, atau fitness center kini
bukan lagi hanya bertujuan untuk membentuk otot, melainkan sudah menjadi sebuah
gaya hidup. Pada kenyataannya selain untuk menjaga kebugaran tubuh, fitness
center pun dapat digunakan sebagai tempat bergaul atau sebagai pengisi waktu
luang bagi urban community (Juliete Magz, 2015).
Kehidupan metropolis di Jakarta
rasanya tak lengkap tanpa hiburan malam. Tempat hiburan malam banyak ditemui di
Jakarta. Masyarakat yang dulunya menganggap hal tersebut tabu kini malah
menjadi kebutuhan yang umum diketahui. Tekanan hidup dan banyaknya pekerjaan
yang membuat stres mengundang golongan urban untuk menikmati hiburan seks dengan
para PSK.
Para PSK pun sebenarnya memilih
pekerjaan karena tekanan biaya yang besar untuk hidup di Jakarta. Kebanyakan
mereka datang dari daerah dengan pendidikan yang tidak tinggi, sehingga untuk
melamar pekerjaan pun paling hanya pekerjaan rendah yang gajinya tak seberapa.
Saat menjadi PSK mereka mendapat penghasilan yang lumayan untuk kehidupan di
Jakarta.
Seperti yang terjadi di sebuah diskotek di kawasan hiburan
malam Jakarta Barat misalnya, puluhan perempuan muda dengan dandanan menor, dan
pakaian yang ketat terlihat seksi hilir-mudik di lantai empat diskotek yang
tidak pernah sepi dari para clubbers itu.
Mereka saling berlomba memikat tamu yang datang agar mau ditemani
berajojing atau tripping bareng. Bahkan sejumlah perempuan ini juga banyak menawarkan
diri untuk bisa diajak kencan short time (Pelangi Indonesia, 2016)
Masyarakat kaum muda seperti
remaja dan usia 20-an awal kini memiliki gengsi yang besar. Dalam memilih
pakaian tentu mereka lebih suka pakaian yang bermerek internasional yang mahal.
Gadget pun digunakan yang mahal agar terkesan berkelas. Tempat nongkrong
pilihan tidak lain adalah mal.
Perubahan drastis tersebut
merupakan efek dari adanya urbanisasi dan pertumbuhan kota. Jakarta yang
dulunya tidak banyak gedung dan penuh masyarakat sederhana. Kini dipenuhi
gedung bertingkat dan tempat yang modern dan masyarakat metropolis yang telah
berevolusi juga. Perubahan ini bukan untuk kita pandang baik atau buruknya,
setiap kebudayaan pasti memiliki sisi positif dan negatifnya. Mengenai
perubahan Jakarta, kita dapat melihat bahwa masyarakat dan keadaan sosial
dipengaruhi juga oleh unsur politik. Politik di sini adalah pemerintah yang
memang membangun Jakarta ke arah kota yang modern dan penuh gemerlap urban sebagai
cerminan Indonesia di mata internasional.
Referensi
Asseyka,
I. (2016, Maret). Pengetahuan tentang Suku Betawi. Dipetik Desember
11, 2016, dari Jakarta Punya Gaya:
http://www.jakartapunyagaya.id/2016/03/pengetahuan-tentang-suku-betawi.html
Chahyati, Y. (2016, Januari 17). Sarinah, Mall
Pertama Indonesia Karya Sukarno Jantungnya Jakarta. Dipetik Desember 12,
2016, dari Ayo Bandung:
http://ayobandung.com/read/20160117/65/6532/sarinah-mall-pertama-indonesia-karya-sukarno-jantungnya-jakarta
Hendita. (2015, Juni 20). Sejarah Perkembangan
Kota Jakarta. Dipetik Desember 11, 2016, dari Bangku Sekolah:
http://bangkusekolah.com/2015/06/20/sejarah-perkembangan-kota-jakarta/
Jakarta Tourism. (t.thn.). Pembangunan Jakarta
Baru. Dipetik Desember 12, 2016, dari Enjoy Jakarta:
http://www.jakarta-tourism.go.id/node/495?language=id
Jakarta Tourism. (t.thn.). Sejarah Jakarta.
Dipetik Desember 11, 2016, dari Enjoy Jakarta:
http://www.jakarta-tourism.go.id/historic-jakarta?language=id
Jakartapedia. (t.thn.). Adat-Istiadat Masyarakat
Betawi. Dipetik Desember 11, 2016, dari Jakartapedia:
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Adat-Istiadat_Masyarakat_Betawi
Jakartapedia. (t.thn.). Ciri Khas Masyarakat
Betawi. Dipetik Desember 11, 2016, dari Jakartapedia: http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Ciri_Khas_Masyarakat_Betawi
Jakartapedia. (t.thn.). Kebiasaan Hidup
Masyarakat Betawi. Dipetik Desember 11, 2016, dari Jakartapedia:
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Kebiasaan_Hidup_Masyarakat_Betawi
Jakartapedia. (t.thn.). Sistem Kekeluargaan
Masyarakat Betawi. Dipetik Desember 11, 2016, dari Jakartapedia:
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Sistem_Kekeluargaan_Masyarakat_Betawi
Juliete Magz. (2015, Agustus 5). Gaya Hidup Sehat
Masyarakat Urban. Dipetik Desember 13, 2016, dari Juliete Magz:
http://www.julietemagz.com/detail-559/Gaya-hidup-Sehat-Masyarakat-Urban.html
Merah Putih. (2016, Juni 22). Alasan Jakarta Jadi
Ibu Kota Indonesia. Dipetik Desember 11, 2016, dari Merah Putih:
http://news.merahputih.com/nasional/2016/06/22/alasan-jakarta-jadi-ibu-kota-indonesia/42869/
National Geographic. (2016, Januari 3). Jakarta
Semakin Menjulang. Dipetik Desember 12, 2016, dari National Geographic
Indonesia: http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/01/jakarta-semakin-menjulang#
Pelangi Indonesia. (2016, Oktober 17). Cinta
menjadi Sebuah Kemewahan Tersendiri di Metropolis. Dipetik Desember 13,
2016, dari Pelangi Indonesia News: http://pelangiindonesianews.com/gaya-hidup/liputan-malam/item/175-cinta-menjadi-sebuah-kemewahan-tersendiri-di-metropolis
Pitoko, R. A. (2016, Januari 21). Jakarta, Kota
Paling Banyak Miliki Gedung Pencakar Langit. Dipetik Desember 12, 2016,
dari Kompas: http://properti.kompas.com/read/2016/01/21/164600421/Jakarta.Kota.Paling.Banyak.Miliki.Gedung.Pencakar.Langit
Radar Planologi. (2015, November). SIstem
Transportasi di Kota Jakarta. Dipetik Desember 13, 2016, dari Radar
Planologi: http://www.radarplanologi.com/2015/11/sistem-transportasi-di-kota-jakarta.html
Setiawati, W. (2015, September 11). Sejarah
Berdirinya Kota Jakarta - Ibukota Negara Indonesia. Dipetik Desember 11,
2016, dari Infoyunik:
http://www.infoyunik.com/2015/09/sejarah-berdirinya-kota-jakarta-ibukota.html
Setyowibowo, Y. (2014, Agustus 24). Moda
Transportasi di Jakarta dari Masa ke Masa. Dipetik Desember 13, 2016,
dari SINDOnews:
http://metro.sindonews.com/read/894323/31/moda-transportasi-di-jakarta-dari-masa-ke-masa-1408782132/
Solo Raya. (2014, Mei 21). Mau tahu mall pertama
di Indonesia? Dipetik Desember 12, 2016, dari Solo Raya:
https://soloraya.com/2014/05/21/mau-tahu-mall-pertama-di-indonesia/
Wikipedia. (2016, September 20). Daftar bangunan
tertinggi di Jakarta. Dipetik Desember 12, 2016, dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_bangunan_tertinggi_di_Jakarta
World Guides. (2016, July 6). Jakarta History
Facts and Timeline. Dipetik Desember 11, 2016, dari World Guides:
http://www.world-guides.com/asia/indonesia/java/jakarta/jakarta_history.html
Comments
Post a Comment